Dewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut, bangunan, kawasan maupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan bangunan, kawasan ataupun objek lainnya yang lebih bersifat ekonomis-komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah dapat diamati pada kawasan kotakota tersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Pertentangan atau kontradiksi antara pembangunan sebagai kota “modern” dengan mempertahankan kota budaya yang masih mempunyai kesinambungan dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasan kota
Pendekatan perancangan kota yang banyak dilakukan pun jarang mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural yang telah terbentuk di kawasan tersebut. Para perancang kota lebih sering melihat kota sebagai benda fisik (physical artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural artifact). Perangkat rencana kota yang ada saat ini, selain masih belum banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujud kota, secara umum pun belum dapat memberikan panduan operasional bagi terbentuknya ruang kota yang akomodatif terhadap fenomena urban, baik situasi dan kondisi serta masyarakat yang menikmatinya. Atau dengan kata lain, masih terdapat adanya kesenjangan antara rencana tata ruang yang bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga demensi.
Dengan demikian, konservasi atau pelestarian bukanlah romantisme masa lalu atau upaya mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, namun lebih ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian yang dijadikan dasar dalam merancang sebuah kota.
Latar Belakang Perencanaan Kota
Perencanaan kota telah berkembang sebagai suatu seni dan ilmu selama hamper 6000 tahun. Dari kota-negara Asiria hingga hingga pembangunan kembali kota-kota sentral masa kini, terdapat evolusi pemikiran dan praktek yang dibangun berdasarkan suatu tuntutan sederhana-orang harus dapat merencanakan kota. Dari evolusi ini timbullah sejumlah pelajaran, pengalaman, tradisi, dan kecenderungan. Khusus mengenai kecenderungan, harus dipahami bahwa sebagian besar dari apa yang akan kita lakukan dalam perencanaan kota berasal dari apa yang kita lakukan. Bahkan mereka yang menganjurkan untuk meninggalkan yang lampau dan menemukan cara-cara yang baru untuk merencanakan kota akan setuju bahwa perubahan seperti itu harus didasarkan atas analisis dan pengertian historis, karena mengabaikan pengalaman-pengalaman pendahulu kita hanya akan mengakibatkan terulangnnya kembali kesalahan-kesalahan masa lalu.
Menurut sifanya yang paling hakiki, perencanaan kota mengharuskan kita untuk memulai dari mana kita berada dan mana kita telah berada. Hanya denga cara ini kita dapat memilih secara efektif kemana kita harus melangkah.
Tujuan Perencanaan Kota
Perencanaan perkotaan sudah menempuh evolusi yang panjang sejak zaman dahulu kala dan sedang menuju ke berbagai arah baru serta mengikuti kecenderungan-kecenderungan yang menarik. Sementara terus berevolusi, perencanaan perkotaan merupakan proses yang sudah mantap, dan di masa yang akan datang akan melewati tahapan perencanaan menuju kea rah penerapannya – suatu rencana yang dilaksanakan secara lengkap dan efektif oleh pemerintah dan sector suasta.
Menurut sejarahnya, perencanaan perkotaan mengandalkan kekuatan kepolisian pemerintah untuk mengatur pembangunan. Pengendalian tataguna lahan melalui pembatasan wilayah, peraturan pengelompokan, peta-peta resmi, kode-kode perumahan dan perangkat pengaturan lainnya dipandang sebagai cara terbaik untuk melaksanakan suatu rencana. Pada dasawarsa belakangan ini, teknik negosiasi melengkapi fungsi pengaturan. Akan tetapi, pelaksanaan suatu rencna selamanya berkaitan erat dengan ketrampilan para perencana di dalam membujuk, serta dengan dukunagan yang berhasil mereka peroleh kepercayaan penuh dari para pemimpin politik, yang para pengikutnya yang efektif tentu menyadari, bahwa pelaksanaan rencana yang berhasil dalam proses politik memerlukan ketrampilan teknik, keterampilan dalam menyelesaikan pertentangan, meyakinkan orang lain, dan ketajaman politik. Perencanaan perkotaan di zaman modern harus memiliki semua ketrampilan tersebut.
Karen perencanaan perkotaan semakin berkaitan dengan pelaksanaan di suatu Negara yang menganut system kapitalisasi, yang berbentuk federal dan bersifat demokratis, maka kita bias mengharapkan adnya sukses yang lebih besar. Pelaksanaan sekarang ini merupakan garis batas untuk langkah-langkah maju pada perencanaan perkotaana, dan merupakan bidang untuk menemukan perkembangan-perkembangan baru yang menarik di tahun-tahun yang akan datang. Pada perencanaan perkotan sudah melewati batas perencanaan dan memasuki bidang pelaksanaan, dengan dukungan dan dorongan dunia bisnis dan pemerintah. Perencanaan perkotaan akan menghadapi masa depan yang cerah dan mempesona.
Teori Perencanaan
Perencanaan kota mempunyai jaringan intelektual dalam penerapan disiplin ilmu arsitektur maupun teknik. Dalam hal ini perencanaan kota memutuskan diri pada pemecahan masalah dan tidak terlalu menaruh perhatian akan adanya kebutuhan tentang teori yang membenarkan kepentingan maupun aktivitasnya. Meskipun demikian, selama 30 tahun terakhir ini, para ilmuan di bidang ilmu soial maupun ilmu pengetahuan alam telah semakin dilibatkan dalam praktek perencanaan, maka kebutuhan akan teori tunggal mengenai perencanaan telah tumbuh.
Meskipun telah banyak usaha-usaha yang telah dilakukan, namun sampai sekarang tidak ada teori tunggal yang diterima oleh profesi perencanaan, dan tampaknya agak mustahil bahwa suatu saat akan dapat diterima adanya teori tunggal tersebit. Sebaliknya, selusin atau bahkan lebih teori perencanaan dapat ditemui dalam litelatur, dimana masing-masing teori tesebut menerangkan bebeapa sifat perencanaan, bagai mana penggunaannya, dan posisinya dalam masyarakat.
Ada dua jenis utama teori perencanaan, yaitu: yang berusaha untuk menjalankan bagaimana sistem-sistem sosial berjalan dan yang berusaha untuk menyediakan peralatan dan teknik-teknik untuk mengendalikan dan mengubah sistem-sistem sosial.
1. Jenis pertama yaitu teori operasi sistem, terutama memerlukan sejumlah disiplin akademis tradisonal, karena tidak ada disiplin tunggal yang mencakup luas semua aspek penting dari suatu sistem sosial.
2. Jenis kedua, yaitu teori-teori perubahan sistem, menyajikan hampir semua latar belakang dan teknik-teknik dari beberapa disiplin ilmu tradisional.
Apa itu perencanaan ?
Perencana merupakan aktivitas universal manusia, satu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan antara berbagai alternatif yang ada.
Contohnya:
Meskipun perencanaan itu dilakukan setiap orang, akan tetapi perencanaan kota sangat berbada dengan bentuk perencanaan lainnya dalam berbagai aspek yang penting, yaitu:
1. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masal kemasyarakatan yang didalamnya tercakup sekelompok besar klien yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
2. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanakan dengan matang yang biasanya ditangani oleh orang-orang yang terlihat secara professional sebagai perencana.
3. Tujuan dan sasarannya, serta prantara-prantara untuk mempunyai, sering teramat tidak pasti,
4. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan; malahan sebaliknya, mereka membuat berbagai alternative dan rekomendasi bagi pihak yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu.
5. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan metode-metode khusus untuk menganalisis dan menjanjikan berbagai alternative.
6. Hasil dari hampir semua aktivitas perencana hanya dapat dilihat setelah 5 sampai 20 tahun setelah keputusan diambil, sehingga menyulitkan umpan balik dan tindakan perbaikan.
Apa itu Perencanaan Kota dan Daerah?
Daerah perkotaan dan perencanaan yang sistematis, kreatif pendekatan yang digunakan untuk alamat tersebut, sosial, fisik, ekonomi dan masalah lingkungan, kota. Pinggiran kota, area metropolitan. Menggunakan perusahaan-perusahaan berencana untuk membuatnya atau merevitalisasi organisasi mereka ketika merancang. Demikian juga, pemerintah berencana untuk membuat masyarakat berfungsi sebagai lingkungan yang enak untuk ditempati.
Rencana Pengunaan Lahan
Ini mungkin adalah yang tertua dengan konsentrasi dalam perencanaan. pengembangan lahan. lmportent mencakup masalah-masalah pelestarian lingkungan, peraturan penggunaan lahan, rekreasi, keseimbangan ekologi, dan pengelolaan lahan.
Kebijakan Perencanaan dan Manajemen
Ini adalah salah satu yang terbaru dari konsentrasi dalam perencanaan. kebijakan difokuskan pada pengembangan kebijakan rasional untuk beberapa jenis perubahan sosial dan pengelolaan program-program yang ada. Kebijakan dan program mungkin prihatin dengan fisik lingkungan atau salah satu dari sejumlah masalah sosial. Kebijakan perencana biasanya sendiri merancang implemen. Secara umum strategi dan menanggapi berbagai keprihatinan masyarakat.
Perencanaan Transportasi
Perencanaan transportasi merupakan suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.
Perencanaa transportasi adalah proses bertujuan menentukan perbaikan kebutuhan atau fasilitas baru yang layak sehingga memenuhi kebutuhan transportasi daerah tertentu. Perencanaan transportasi merupakan proses yang panjang meliputi kebutuhan perjalanan, pembangunan fasilitas bagi pergerakan penumpang dan barang diantara kegiatan yang terpisah dalam ruang. Bersepeda, perpipian, perpindahan barang, berjalan, dan perjalanan lainnya semuanya subyek berhubungan dengan hal transportasi.
Teori Von Thunen (1826)
mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai masalah timbul akibat sampah di lingkungan kita. Mulai dari sampah yang dibuang sembarangan, sampai bencana di tempat pembuangan akhir sampah yang merenggut nyawa manusia.
Sebagai salah satu sumber sampah, setiap rumah tangga perlu ikut berperan dalam menangani sampah. Jika dilakukan bersama dengan segenap masyarakat, upaya menangani sampah dapat memberi manfaat yang besar bagi kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Salah satu proses penting untuk melakukan perubahan adalah melalui pemahaman dan pengetahuan, terutama bagi para kader yang akan menjadi penggerak berbagai kegiatan di masyarakat. Modul ini disusun untuk menjadi materi pelatihan yang menarik dan efektif untuk para kader. Melalui modul ini para kader diharapkan memahami konteks, dasar dan praktik pengelolaan sampah berbasis masyarakat sehingga mampu menyampaikan pesan hidup bersih dan sehat secara efektif kepada masyarakat.
B. Ruang lingkup
Makalah ini berisi tentang karakteristik sifat fisika dan perhitungan sampah, serta dampak dan cara pengendalian persampah yang baik.
C. Tujuan
A. Umum
Terwujudnya kualitas sampah yang baik dan memenuhi syarat sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi masyarakat.
B. Khusus
1. Dapat diketahuinya karakteristik dan sumber sampah di lingkungan kec. Sario
2. Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parameter sampah partikulat dan dapat mengambil tindakan pengandalian.
D. Sasaran
Makalah ini dimaksudkan sebagai informasi bagi petugas Kebersihan Kota Manado dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan Pengelolaan Sampah dan dampaknya terhadap kebersihan perkotaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Banyak sekali pengertian mengenai sampah atau limbah padat itu sendiri. Sampah merupakan produk samping dari aktifitas manusia sehari-hari, sampah ini apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak. Menurut UU 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Atau bisa juga diartikan sebagai ”Sampah adalah semua buangan yang timbul akibat aktifitas manusia dan hewan yang biasanya berbentuk padat yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi (tchobanoglous, 1993)”.
Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan terciptanya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin dalam suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pengelolaan sampah dengan paradigma yang sampai saat ini dianut tidaklah kondusif untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Untuk dapat melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945 tersebut pengelolaan sampah harus melandaskan diri pada paradigma baru yang memandang sampah sebagai sumber daya yang dapat memberikan manfaat. Paradigma baru pengelolaan sampah ini membawa konsekuensi harus dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa ke pendekatan sumber.
B. SUMBER-SUMBER SAMPAH
Sumber sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna lahan, seperti daerah perumahan, perkantoran, kawasan komersial, dan lain-lain sehingga sumber-sumber sampah ini dapat dikembangkan sejalan dengan pengembangan tata guna lahannya. Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan , yaitu :
1. Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan.
Contoh: perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.
2. Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial.
Contoh: pasar, pertokoan, hotel, restoran, bioskop, industri, dll.
3. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum.
Contoh: perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, jalan, saluran atau sungai, dll.
4. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial.
Contoh: panti-panti sosial dan tempat-tempat ibadah.
5. Dari sumber-sumber lain.
C. PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah (sumber timbulan sampah) sampai ke tempat pengumpulan sementara (TPS) atau stasiun pemindahan atau langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Yang mempengaruhi pola pengumpulan adalah jumlah penduduk, luas daerah operasi, kepadatan penduduk, tingkat penyebaran rumah di daerah pelayanan, dan kondisi fisik alam daerah pelayanan, seperti panjang dan lebar jalan, kondisi sarana penghubung, jalan objek pengumpulan dengan lokasi pemindahan, waktu rit operasi.
Prinsip penanganan sampah adalah membersihkan lingkungan dari sampah yang dihasilkan dan mengamankan sampah tersebut di tempat pembuangan akhirnya agar tidak mencemari lingkungan. Pola pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
PEWADAHAN ATAU PEMILAHAN
Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak pada pemilahan. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membayahakan kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan di lokasi yang telah melakukan program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1. Pemilahan Oleh Rumah Tangga
Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Setiap anggota keluarga baik ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya memiliki tanggung jawab yang sama dalam pemilahan di rumah tangga.
2. Pengumpulan Pertama (Dari Rumah Ke Tps/ Tempat Pembuangan Sementara)
Pengumpulan pertama umumnya didukung oleh prasarana yang terdiri dari pewadahan, motor sampah dan gerobak pengangkut.
3. Pemindahan Sampah
Penanganan pemindahan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) adalah kewenangan pemerintah daerah. Namun agar sistem pengelolaan sampah di masyarakat dapat bersinergi dengan sistem lanjutannya, pengetahuan tentang penanganan sampah di TPS sangat penting.
4. Fasilitas yang ada pada Kecamatan Sario
1 orang menghasilkan sampah sampai 2,5 liter
TPS = 35 (bak) perkelurahan mempunyai 5 TPS
Dum truck = 4, kapasitas 5 m³ (3x bolak-balik TPS ke TPA)
Motor sampah = 7, kapasitas 0,6 m³ (7x bolak-balik rumah ke TPS)
Grobak sampah = 6, kapasitas 1,5 m³ (7x bolak-balik rumah TPS)
Jumlah penduduk kec = 24.159
2,5 x 24.159 = total sampah di kecamatan ± 60,3975
Perhitungan dari TPS ke TPA mengunakan dum truck
Alat pengangkut (dum truck) x kapasitas dum truck x 3kali beroprasi =
4 x 5 x 3= 60
5. Pengangkut
Menyikapi keluhan masyarakat banyaknya sampah yang menumpuk di lingkungan sekitar Kecamatan Sario, Dinas kebersihan berpendapat bahwa ketiadaan dana menjadi faktor utama penyebab minimnya penanggulangan kebersihan. Akibatnya, satu dari lima unit mobil pengangkut sampah yang ada tidak dioperasikan atau difungsikan.
Pengangkutan sampah daarti tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah tertentu. Jenis angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara lain:
6. Tempat Pembuangan Akhir
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) jenis ini menerapkan sistem pengendalian pencemaran akibat sampah yang sangat ketat. Setiap hari, sampah yang ditimbun harus dipadatkan dan ditutup kembali dengan lapisan tanah menggunakan alat berat seperti buldozer. Lapisan dasar TPA menggunakan bahan tertentu sehingga lindi tidak meresap ke air tanah, melainkan dialirkan ke instalasi pengolahan lindi yang telah disiapkan. Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan jaringan pipa gas untuk mengendalikan gas metana (gas berbahaya yang dapat menyebabkan kebakaran) yang timbul akibat proses biokimia yang terjadi pada sampah di TPA.
BAB III
KESIMPULAN
Pertumbuhan penduduk akan diikuti oleh bertambahnya berbagai macam kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia. Penemuan kebutuhan tersebut seiring dengan semakin bertambahnya sisa-sisa produksi atu limbah (sampah) yang dihasilkan sehingga perlu adanya penanganan yang baik guna meninjau adanya keseimbangan interaksi manusia dengan lingkungan yang bersih dan sehat.
Penanganan sampah di Kota Manado khususnya kecamatan sario dalam kenyataan ini masih menggunakan system pengelolaan secara sederhana (pembakaran samapah).
Penyediaan prasarana transportasi membutuhkan perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan. Untuk menjamin terlayaninya kebutuhan pergerakan secara optimal, atau tercapainya tujuan penyediaan prasarana tersebut sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Salah satu aspek penting dalam perencanaan transportasi adalah prediksi kebutuhan transportasi di masa yang akan datang.
Perencanaan perangkutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan yang akan terjadi sebagai akibat rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu-lintas di kemudian hari. Keadaan ini akan membawa akibat berantai cukup panjang dengan meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran lalu-lintas, menurunnya sopan santun lalu-lintas, dan lain-lain.
Perencanaan perangkutan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem angkutan yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah.
Kaitannya perencanaan kota dengan perencanaan perangkutan, yaitu perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan atau penyakit kota agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang membetahkan dan layak. Sedangkan perencanaan perangkutan mempunyai sasaran mengembangkan sistem perangkutan yang memungkinkan orang maupun barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman.
Perencanaan Transportasi Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.
Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya. Perencanaan transportasi ditujukan untuk mengatasi masalah transportasi yang sedang terjadi atau kemungkinan terjadi di masa mendatang. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Dari sisi waktu analisisnya, perencanaan transportasi dapat dibedakan menjadi perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dan menengah umumnya tidak melibatkan perencanaan prasarana berskala besar dengan biaya tinggi. Secara lebih rinci, ketiga jenis perencanaan transportasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Jangka Pendek (perencanaan operasional) Cakupan tingkat perencanaan operasional adalah misalnya membuat denah untuk persimpangan, penyeberangan pejalan kaki. Lokasi parkir, penempatan pemberhentian bus, metode pemberian karcis, langkah-langkah keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
2. Perencanaan Jangka Menengah (perencanaan teknis) Tingkat perencanaan ini berkaitan dengan penataan pola manajemen lalu lintas, pembuatan jalan local, pengendalian parkir, pengorganisasian angkutan umum, kooedinasi pemberlakuan tariff, membuat kawasan pejalan kaki dan sebagainya. Semua iu memunculkan permasalahan yang kompleks, saling berkaitan dan memiliki efek sampingan. Unuk menanganinya dibutuhkan keahlian dari para professional yang terlatih.
3. Perencanaan Jangka Panjang (perencanaan strategis) Berhubungan dengan struktur dan kapasitas jaringan jalan utama dan trasnportasi umum, keterkaitan antara transportasi dan guna lahan, keseimbangan antar permintaan dan penawaran, keterkaitan antara tujuan transportasi dengan ekonomi, tujuan lingkungan dan social kesemuanya merupakan masalah yang sulit untuk dimengerti, meskipun untuk para perencana transportasi professional sekalipun.
Segi Perencanaan Perangkutan
Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Perombakan ini, dan usaha memelihara prasarana yang sudah ada, menelan anggaran biaya yang tidak sedikit.
Perkembangan teknologi angkutan juga mempengaruhi pola gerak masyarakat. Atau sebaliknya, tuntutan kebutuhan gerak masyarakat mendorong agak sulit ditentukan, sama sulitnya seperti menentukan pengaruh timbal-balik antara perangkutan dan tata guna lahan.
Perangkutan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :
a) Sosial : masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, dan mengelola perangkutan, dan juga yang melakukan pergerakan;
b) Fisik : prasarana dan sarana perangkutan yang memerlukan ruang bagi pergerakannya. Pengejawatahan kegiatan perangkutan juga berupa kenyataan guna lahan untuk jaringan jalan, yang bahkan meliputi 15-30% luas tanah perkotaan;
c) Ekonomi : bagaimana pun masalah ini ternyata tidak dapat dipisahkan.
Lingkup Perencanaan Transportasi
Lingkup perencanaan transportasi meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan rencana pengembangan wilayah atau daerah. Tipe atau lingkup kajian studi perencanaan transportasi yang dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:
1. Studi perencanaan prasarana transportasi Penyiapan master plan pelabuhan, bandar udara ataupun terminal antar moda. Penentuan trase jalan raya atau trase rel kereta. Penyiapan master plan pengembangan jaringan jalan. Penyiapan master plan prasarana transportasi bagi suatu daerah permukiman.
2. Studi kebijakan operasional Penyiapan sistem sirkulasi lalu lintas jalan. Strategi pengembangan tingkat pelayanan angkutan umum. Strategi operasional angkutan udara.
3. Studi perencanaan transportasi komprehensif studi kebutuhan prasarana dan sarana transportasi dari suatu rencana pengembangan daerah baru (daerah rekreasi, daerah industri ,ataupun daerah komersial). Studi pengembangan sistem trasportasi regional. Studi pengembangan sistem transportasi nasional. Pihak yang Terlibat dalam Perencanaan Transportasi Pihak yang terlibat dalam perencanaan trasnportasi sangat bervariasi, tergantung dari sistem kelembagaan yang berlaku di masing-masing negara. Secara garis besar, dalam suatu sistem perencanaan transportasi, umumnya ada tiga kelompok atau pihak yang terlibat:
1. Pihak penyekenggara studi, yaitu orang atau lembaga yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dari suatu studi. Untuk proyek milik swasta, pihak yang dimaksud dapat berupa represetatif dari perusahaan yang menyelenggarakan studi.
2. Pihak professional atau pakar, yaitu pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan studi pihak yang dimaksud biasanya merupakan lembaga professional. 3. Pihak masyarakat, yaitu terdiri dari sekelompok anggota masyarakat yang dipilih untuk mewakili masyarakat umum dalam proses studi. Pihak penyelenggara dan pihak masyarakat sebagai pihak yang mengawasi atau mengarahkan pelaksanaan studi yang dilaksanakan pihak professional. Tugas pengawasan atau pengarahan diklasifikasi dalam tiga komite, yaitu:
1. Komite eksklusif, terdiri dari representatif dari pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
2. Komite pengarah teknis, terdiri dari perwakilan penyelenggara studi ataupun perwakilan dari lembaga-lembaga yang terkait dengannya.
3. Komite perwakilan masyarakat, terdiri atas perwakilan dari kelompok-kelompok kepentingan yang ada di masyarakat luas. Proses Perencanaan Perangkutan Tujuan merencanakan perangkutan adalah mencari penyelesaian masalah perangkutan dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Merencanakan perangkutan sebagai suatu kegiatan profesional dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat hanya jika semua masalah dan penyelesainnya dipandang dengan cara yang setepat-tepatnya, meliputi analisis terinci dari semua faktor yang berkaitan (Black, 1981).
Merencanakan perangkutan pada dasarnya adalah memperkirakan kebutuhan angkutan di masa depan yang harus dikaitkan dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Masalah teknis perangkutan pada umumnya bertolak dari usaha menjamin bahwa sarana yang telah ada didayagunakan secara optimum dan ditujukan guna merancang dan membangun berbagai sarana baru. Sarana harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan lalu-lintas yang sudah ada maupun yang akan ada, diletakkan pada lokasi yang tepat di dalam daerah atau kota, dan secara ekonomi harus dapat dipertanggungjawabkan. Perangkutan harus memberikan keuntungan maksimum kepada masyarakat dengan meminimumkan penggunaan waktu dan biaya. Pada saat yang sama harus diperhitungkan pula peningkatan tuntutan akan perkembangan kota atau tata guna lahan serta perluasan wilayah perkotaan. Proses perencanaan perangkutan merupakan paduan berbagai ciri khas hubungan antarlingkungan kegiatan di dalam kota. Walaupun unsur dalam proses perencanaan disusun secara logis, hendaklah diingat bahwa prosesnya sendiri tidaklah selalu berurutan seperti susunan tersebut dibawah.
Tahapan Proses Perencanaan Perangkutan
1. Pendataan kondisi yang ada, meliputi tata guna lahan, kependudukan, pemilikan kendaraan, lalu-lintas orang da kendaraan, sarana angkut, kegiatan ekonomi, sumber keuangan, dan bangkitan lalu-lintas.
2. kebijaksanaan pemerintah untuk masa yang akan datang, meliputi pengawasan dan kebijaksanaan pemerintah atas perkembangan pertanahan, serta ciri khas jaringan perhubungan yang akan datang.
3. perkiraan perkembangan wilayah kota, meliputi taksiran kependudukan, kegiatan ekonomi, pemilihan kendaraan, tata guna lahan, dan jaringan perhubungan di masa yang akan datang.
4. perkiraan lalu-lintas di masa yang akan datang, meliputi bangkitan lalu-lintas di masa depan, pilihan moda angkutan atau ragam kendaraan, perpindahan antarzone, pembebanan dari pergerakan antarzone ke dalam jaringan perangkutan, dan evaluasi.
Tahap pertama proses perencanaan perangkutan adalah mengumpulkan informasi. Pendataan dapat dilakukan bersamaan. Analisis data yang telah terkumpul dapat memberikan informasi dasar yang sangat diperlukan untuk mengenali ciri khas pembangkit lalu-lintas. Dari data ini pun dapat ditaksir pertumbuhan wilayah kota.
Taksiran keadaan bangkitan lalu-lintas di masa depan dan pengadaan jaringan perangkutan ditentukan berdasarkan data dasar dan dari hasil perkiraan pola pertumbuhan wilayah kota. Dari perkiraan keadaan pembangkit lalu-lintas dan usulan jaringan jalan dapat ditentukan pola lalu-lintas di masa dengan dan diwujudkan dalam sarana tertentu.
Hasil pekerjaan tersebut kemudian dinilai dalam lingkup tingkat pelayanan yang dikehendaki serta konsekuensi perkembangan sosial-ekonomi sebagai akibat usulan jaringan perangkutan. Beberapa penyempurnaan mungkin diperlukan, dan informasi yang diperoleh selama usaha tersebut patut digunakan untuk memodifikasi hasil yang telah dicapai pada tahap awal proses perencanaan. Kemudian pola perlalu-lintasan disusun sesuai dengan jaringan perangkutan yang telah disempurnakan. Proses ini berulang terus sampai tercapai hasil yang memuaskan.
Tahapan Kegiatan (Kodoatie, RJ. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur) Komponen utama dalam kegiatan perencanaan transportasi meliputi tahapan sebagai berikut: Formulasi tujuan, sasaran dan lingkup perencanaan: merupakan tahap awal dari perencanaan yang temasuk di dalamnya identifikasi masalah serta pengenalan lokasi perencanaan untuk menentukan metode perencanaan dan kebutuhan data. Prediksi kondisi masa yang akan datang: termasuk di dalamnya adalah prdiksi besar pergerakan juga pola interaksi serta dampaknya. Analisis hasil prediksi kondisi masa yang akan datang: analisis yang perlu dilakukan tergantung pada tujuan, sasaran dan lingkup perencanaan. Misalnya dapat berbentuk penentuan kebutuhan prasarana, pola operasi atau manajemen sarana-prasarana, dampak peningkatan atau penyediaan prasarana terhadap ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Tahapan yang cukup sederhana untuk proses studi perencanaan transportasi lengkap secara rinci adalah terdiri dari beberapa langkah dasar sebagai berikut ini: Penyusunan tujuan dan sasaran perencanaan, yaitu menyajikan suatu pernyataan yang jelas tentang tujuan dan sasaran rencana dengan beberapa indikasi prioritas. Pengumpulan data lapangan, yakni melakukan pengumpulan seluruh data yang diperlukan bagi suatu studi perencanaan transportasi. Identifikasi masalah, yakni mengkaji secara mendalam permasalahan-permasalahan yang ada dan mungkin di masa mendatang. Penyusunan alternatif perencanaan, yaitu perumusan alternatif-alternatif perencanaan dalam usaha mengantisipasi permasalahan yang ada dan yang dimungkinkan akan ada. Prediksi dampak perencanaan, yaitu melakukan prediksi terhadap komponen-komponen dampak yang mungkin akan timbul di masa mendatang untuk masing-masing alternatif perencanaan. Tahap Evaluasi, yaitu tahapan akhir yang melihat dampak yang dapat diperkirakan pada tahap ini dibanding dengan tujuan dan sasaran perencanaan yang ditetapkan.
Perencanaan Transportasi Jangka Panjang Kegiatan perencanaan transportasi yang paling besar pada tahun-tahun terakhir ini ialah perencanaan transportasi perkotaan, dimana fokus perhatiannya adalah merencanakan prasarana jalan dan transportasi umum untuk masa depan. Dalam bidang perencanaan transportasi perkotaan inilah sebagian besar riset dan pengembangan alat-alat model baru yang telah dilakukan dimana sebagian besar pengalaman dalam perencanaan transportasi jangka panjang telah dikembangkan. Perencanaan transportasi memiliki suatu hirarki sama seperti jenis perencanaan pengambilan keputusan lainnya yang pada satu pihak terikat oleh pertimbangan-pertimbangan transportasi di dalam konteks perkembangan social dan ekonomi nasional serta regional dan pihak lain terikat pula oleh desain dan operasi bagian-bagian tertentu dari system transportasi tersebut.
Aksesibilitas
Aksesibilitas yang tinggi merupakan idaman dari sebuah sistem transportasi yang ideal. Aksesibilitas yang tinggi adalah jaringan pelayanan transportasi dapat menjangkau seluas mungkin wilayah nasional dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Hal yang paling mendasar dalam penyediaan sistem jaringan jalan untuk skala wilayah provinsi dan kabupaten atau kota adalah dengan cara menjamin aksesibilitas dan efisiensi mobilitas kendaraan, orang dan barang dari satu titik-titik strategis baik wilayah provinsi, kabupaten atu kota, pusat-pusat kegiatan ekonomi kawasan unggulan atau andalan, dan titik-titik strategis lainnya. Aksesibilitas kota medan tidak dapat lepas dari sarana dan prasarana yang ada, semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka semakin tinggi pula tingkat aksesibilitas yang akan dicapai.
Pelayanan transportasi jalan memiliki daya hubung (aksesibilitas) transportasi yang sangat baik dibandingkan moda transportasi lainnya. Hal ini dikarenakan daya hubung transportasi jalan dapat menjangkau sampai di wilayah pedesaan dan pengembangan jaringannya juga dapat menjangkau wilayah terisolir. Selain itu bila ditinjau sebagai konsep multimoda sistem, transportasi jalan biasanya berfungsi sebagai penghubung sistem multimoda itu. Kondisi ini juga terdapat di kota medan yang juga memiliki karakteristik yang hampir sama dengan wilayah lain terutama yang dominan di transportasi jalannya. Daya hubung itu juga menghubungkan zona-zona berdasarkan hirarki wilayah yang ada di wilayah kota medan maupun dalam kesatuan wilayah regional lainnya.
Mobalitas Transportasi
Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu. Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu jaringan (network) dalam ruang. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem transportasi. Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem, karena tanpa transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara baik
interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa. Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Wilayah dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar jenis transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, sistem transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi guna lahan yang mungkin berbeda. Transportasi digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih meningkat.
Pembangkit Lalu lintas
Proses perencanaan transportasi perkotaan Medan telah dikembangkan sehingga dapat mencakup semua moda, dikoordinasikan dengan perencanaan tata guna lahan, dan berkesinambungan sehingga rencana tersebut dapat diperbaharui apabila terdapat perubahan dalam kondisi-kondisinya. Perencanaan transportasi perkotaan difokuskan pada rencana-rencana jangka panjang yang ditujukan terutama pada perbaikan-perbaikan fasilitas tetap yang besar.
Unsur-unsur yang penting dalam proses perencanaan perkotaan adalah pengumpulan data mengenai keadaan pada saat ini di daerah yang bersangkutan dengan system transportasinya, pengembangan model-model dan metode-metode untuk meramalkan kebutuhan masa depan dari sistem transportasi itu, pengadaan rencana-rencana alternative dari sekumpulan rencana yang akan disampaikan kepada pihak-pihak pembuat keputusan yang berwenang. Unsur lain yang juga penting adalah pemrograman komponen-komponen dari rencana tersebut, sehingga perubahan-perubahan tertentu dapat dilaksanakan pada saat yang terbaik.
Perencanaan transportasi daerah ditandai dengan tersedianya banyak pilihan, yaitu pilihan yang tidak hanya tergantung pada system tranportasi itu sendiri, tetapi juga tergantung pada pola tata guna lahan dan kebutuhan perjalanan yang berkaitan dengannya. Setiap daerah cenderung memiliki pola tata guna lahan dan kebutuhan perjalanan yang tersendiri. Karena itu, bentuk terbaik dari jaringan transportasi di suatu daerah mungkin sangat berbeda dengan bentuk terbaik di daerah lainnya.
Sebaran Pergerakan
Di negara-negara berkembang dimana setiap daerah mempunyai pola pergerakan yang berbeda dan cepat berubah, dengan keterbatasan-dana, waktu dan tenaga, sangat sulit memperoleh pola yang akurat. Untuk itu diperlukan pengembangan suatu metoda yang memanfaatkan pola yang ada sehingga dapat menghasilkan pola masa depan yang akurat dengan biaya yang relatif murah, waktu relatif singkat; dan jumlah surveyor yang sedikit, yang disebut dengan "metoda tidak konvensional". Metoda ini sangat diandalkan dalam memecahkan masalah¬-masalah yang membutuhkan respon yang cepat seperti permasalahan transportasi dalam kota yang mempunyai tingkat urbanisasi tinggi, pertumbuhan populasi yang tinggi, perbaikan tingkat pendapatan, dan lain-lain.
Data yang relatif murah dalam segi waktu dan biaya adalah data arus lalu lintas, yang merupakan perwujudan dan refleksi dari Matriks-Asal-Tujuan (MAT), menyediakan informasi langsung mengenai jumlah dari pasangan MAT yang digunakan pada ruas pengamatan. Model Sebaran pegerakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gravity opportunity dan gravity. Model-model ini kemudian dikalibrasi dengan beberapa jenis metoda estimasi, yaitu metoda estimasi kuadrat terkecil tidak linier, kemungkinan-maksimum, inferensi-bayesian, dan entropi maksimum. Pendekatan ini diuji dengan menggunakan data arus lalu lintas kota medan dan hasil survey di lapangan
Pemilihan Moda Transportasi
Persoalan yang dihadapi adalah buruknya pelayanan atau rendahnya user benefit yang diterima oleh masyarakat dari angkutan umum. Keadaan ini diperparah oleh tidak adanya bentuk disinsentif yang diberikan kepada pengguna kendaraan pribadi. Hal ini juga disebabkan kurang kebijaksanaan dari pemerintah yang lebih memihak angkutan umum dan mampu menurunkan daya tarik kendaraan pribadi.
Tingkah laku dan peluang (behaviour and probabilistic) pemilihan moda dari masyarakat pengguna moda (user) transportasi dari golongan berpendapatan tinggi dan menengah cenderung memilih kendaraan pribadi dari pada angkutan umum. Karenanya, persoalan inefisiensi pergerakan harus dijawab dengan mengurangi jumlah kendaraan tanpa merubah jumlah permintaan pergerakan dengan cara menaikkan kapasitas angkut kendaraan yang dapat diterima oleh setiap tingkat golongan pendapatan Pada pasar persaingan sempurna, keseimbangan pada sistem transportasi perkotaan ditentukan oleh pilihan pengguna atas dasar pertimbangan kinerja kendaraan. Oleh karenanya, perubahan perilaku dan peluang pengguna dalam pemilihan moda perlu dikaji agar pilihan masyarakat (consume choice) lebih memilih angkutan umum dibanding kendaraan pribadi.
KRITIKAN
Masalah transportasi di Indonesia tercinta memang sangat semerawut. Memang aneh benar, negara sebesar ini memiliki sistem transpotasi yang dikelola bagaikan "gado-gado". Khususnya dalam bidang transportasi darat, bila anda hidup di kota-kota besar di Indonesia sudah barang tentu biasa melihat angkot yang dengan seenaknya berhenti di tengah jalan dengan mendadak untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Yah aksi ugal-ugalan bahkan tidak jarang dipertontonkan langsung di depan lampu merah dan disaksikan oleh beberapa aparat polisi. Tapi apa lacur, sang polisi terkadang hanya melihat diam, duduk sambil minum kopi di warung. Sungguh pengalaman yang aneh bin ajaib.
Mengenai masalah transportasi saya ingin mengulas khusus tentang kota Medan, mengapa?
Sangat disayangkan bahwa dengan laju pertumbuhan tingkat transportasi yang setiap tahun semakin bertambah, Pemkot Medan atau Pemda hanya mengeluarkan ijin trayek buat angkot yang jumlahnya sudah sangat berjubel dan tidak jarang melanggar aturan lalu lintas dan membahayakan pengemudi lainnya.
Sedangkan niat pemerintah kota (Walikota) ataupun (Gubernur) yang memiliki kekuasaan tertinggi di Sumut sangat minim untuk membangun transportasi massal yang murah dan nyaman. Bahkan tindakan pemerintah mengeluarkan ijin baru angkot ini sudah banyak ditentang oleh pengemudi angkot sendiri yang merasa dirugikan dengan dikeluarkan ijin-ijin baru.
Bukankah sudah saatnya setiap daerah di Indonesia memikirkan bagaimana menertibkan transportasi di wilayahnya masing-masing, jangan biarkan masalah transportasi terutama darat menjadi momok yang menakutkan dan dapat menghambat Negara ini untuk berkembang.
Apa itu perencanaan ?
Perencana merupakan aktivitas universal manusia, satu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan antara berbagai alternatif yang ada.
Contoh:
Meskipun perencanaan itu dilakukan setiap orang, akan tetapi perencanaan kota sangat berbada dengan bentuk perencanaan lainnya dalam berbagai aspek yang penting, yaitu:
Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masal kemasyarakatan.
Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanakan dengan matang
Tujuan dan sasarannya, serta prantara-prantara untuk mempunyai, sering teramat tidak pasti,
Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan;
Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan metode-metode khusus untuk menganalisis dan menjanjikan berbagai alternatif. Hasil dari hampir semua aktivitas perencana hanya dapat dilihat setelah 5 sampai 20 tahun setelah keputusan diambil.
Apa itu Perencanaan Kota dan Daerah? daerah perkotaan dan perencanaan yang sistematis, kreatif pendekatan yang digunakan untuk alamat tersebut, sosial, fisik, ekonomi dan masalah lingkungan, kota. Pinggiran kota, area metropolitan. Menggunakan perusahaan-perusahaan berencana untuk membuatnya atau merevitalisasi organisasi mereka ketika merancang. Demikian juga, pemerintah berencana untuk membuat masyarakat berfungsi sebagai lingkungan yang enak untuk ditempati.
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut. Kalau berbicara tentang kependudukan yang pastinya berkaitan dengan Mahluk hidup, arti mahluk hidup disini adalah manusia, karena manusia adalah subjek perancana. Mengapa kita perlu membicarakan manusia didalam kependudukan ? karena manusia paling dipentingkan di suatu kota atau wilayah. (kota sangat dipengaruhi oleh manusia).
10 aspek yang berkaitan dengan kependudukan :
Jumlah dan kepedatan penduduk
Persebaran penduduk
Komposisi penduduk
Perkiraan laju pertumbuhan penduduk
Pertenaga kerjaan
Indeks kualitas hidup
Indicator tingkat pendidikan
Metoda partisipasi kelembagaan
Dinamika sosial masyarakat
Indeks perkembangan
Lan Use Plenning Ini mungkin adalah yang tertua dengan konsentrasi dalam perencanaan. pengembangan lahan. lmportant mencakup masalah-masalah pelestarian lingkungan, peraturan penggunaan lahan, rekreasi, keseimbangan ekologi, dan pengelolaan lahan.
Perncanaan kota berperan dalam Lan use plenning
Beberapa keputusan keputusan rencana guna lahan :
Perencanaan land use bertindak sebagai coordinator atau manager sebagai pembuat, dan sebagai yang menerapkan segala bentuk peraturan perencanaan guna lahan.
Perencana land use mengajak atau mendukung masyarakat komunitas secara bersama untuk mencapai keuntungan bersama.
Perencana land use harus bekerja secara efektif dalam melihat dan menanggapi semua kepentingan, tindakan, dan kerja sama dengan berbagai “pemain”.
Perencana guna lahan bukan hanya sekedar perencana tapi juga harus bertindak sebagai manager, menyiapkan dan melaksanakan peraturan dan menjembatani kerja sama antara aktor yang terlibat untuk mencapai tujuan bersama.
Perencana mempunyai posisi yang unik karena bertanggung jawab dalam pembuatan rencana, peraturan dan proses pelibatan masyarakat (partisipasi) dalam penyusunan rencana dan evaluasi kebijakan.
Fasum dan Fasos Diman disini kita mempelajari tentang Infastruktur, Tolak ukur suatu kota, dan prasarana Infastruktur dibagi menjadi 2 yaitu: Prasarana dan Sarana
Prasarana: yaitu hal yang mutlak sebelum sarana, contohnya jalan, dan lain-lain, Sarana: sebagai alat pembantu prasarana contohnya mobil. Tolak ukur suatu kota dilihat dari infastruktur contohnya fasilitas yang ada dikota itu sendiri
Prasarana dibagi menjadi 2 yaitu: Bentuk dan Fasum
Bentuk seperti ruang bangunan dan jaringan contohnya seperti jalan, Drainase, PAM, jaringan telepon, listrik dan lain-lain.
Fasum seperti pendidikan, tempat ibadah, rekreyasi kebudayaan, tempat pemandian umum, fasilitas perbelanjaan.
Urban Design What Is Urban Design ? yang berhubungan dengan organisasi berskala besar atau design dari suatu kota : masa bangunan, jarak antar bangunan.
Jangka waktu realisasi lama : 15 – 20 tahun.
Berkaitan dengan aspek transportasi, identitas lingkungan, orientasi pejalan kaki, dan iklim.
Tugas urban designer:
pekerjaan antara dua profesi ini (arsitektur dan urban planner ). Adalah pekerjaan urban designer. Urban designer mengkombinasikan kepentingan design fisik suatu kota (pengorganisasian bangunan-bangunan dan ruang-ruang yang terjadi diantaranya) dengan produk-produk kebijaksanaan tentang kota yang ada. Hasil pekerjaan seorang urban designer adalah perencanaan fisik kota atau kampung, pertokoan, perumahan baru, bahkan wilayah-wilayah baru).
Kebijakan Ini adalah salah satu yang terbaru dari konsentrasi dalam perencanaan. Kebijakan difokuskan pada pengembangan kebijakan rasional untuk beberapa jenis perubahan sosial dan pengelolaan program-program yang ada. Kebijakan dan program mungkin prihatin dengan fisik lingkungan atau salah satu dari sejumlah masalah sosial. Kebijakan perencana biasanya sendiri merancang implemen. Secara umum strategi dan menanggapi berbagai keprihatinan masyarakat.
Contoh kebijakan (peraturan mentri)
UU No 26 tentang peraturan ruang
Peraturan pemerintah No 26 Thn 2008 tentang rencana taruang nasional
Rencana tataruang propinsi
Rencana tataruang wilayah kota
Pedoman penentuan kawasan sekitar danau, waduk dan SITU
Peraturan mentri no 28 tahun 2008 tentang tataruang evaluasi rancangan tataruang daerah
Peraturan mentri Negara perumahan rakyat republik Indonesia no 3tahun 2008 tetang pedoman penyusunan rencana rinci tataruang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri
Sumber daya alam adalah sumber daya yang sudah ada atau diciptakan oleh Tuhan. Sumber daya alam yang meliputi suber daya biotik dan abiotik. Sumberdaya alam terbagi atas 4 jenis yaitu:
Suber daya tanah
Sumber daya hutan
Sumber daya udara
Sumber daya air
Sumber daya buatan adalah sumber daya yang dibuat oleh manusia sendiri, seperti sarana dan prasarana transportasi, energi, kelistrian, air dan prasarana wilayah lainnya seperti persampahan, drainase, dan sanitasi.
Seber daya buatan dibagi atas beberapa jenis yaitu:
Sarana dan prasarana transportasi darat
Sarana dan prasarana transportasi air
Sarana dan prasarana transportasi udara
Sarana dan prasarana sumber daya air
Masalah Perkotaan banyaknya masalah yang dihadapi dalam implekasi rencana tersebut akan yang paling menonjo lemahnya kekuatan hokum yang mengandung penatapan ruang dan mengolah wilayah baru.
Kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan dalam hal ini menyangkut aspek-aspek : politik, sosial budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik ruang kota.
Namun disini saya mengambil aspek fisik ruang kota. Karena lebih berkaitan denggan Kota saya.
Salah satu teori “Von Thunen” (1780) yang mengatakan “Perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui penggunaan lahan”. Oleh karena itu eksistensi kota dapat ditinjau paling sedikitnya dari dua ukuran yaitu :
1. ukuran “settlement morphology” dan
2. ukuran “legal articulation”.
Kedua ukuran ini saling berkaitan langsung dan berimplikasi pada bentuk wujud dan karakteristik kota. Daerah terbangun kota (urban built up areas) merupakan garis yang jelas untuk mengamati bagaimana percepatan perembetan kota ke arah luar. Di luar built up areas terdapat zona-zona pinggiran (fringe zone) yang pada saatnya akan merupakan lokasi baru bagi pengembangan fungsi-fungsi perkotaan terutama fungsi permukiman. Kondisi seperti ini juga dialami atau sudah terjadi di salah satu kota di Indonesia yaitu Kota Ternate.
Ada dua penyebab perkembangan kota ke arah luar atau pinggiran yaitu:
1. karena tekanan harga lahan dan kepadatan di pusat kota.
2. Faktor-faktor eksternal diluar sistem perencanaan yang berimplikasi langsung kepada minat atau orientasi masyarakat untuk bermukim misalnya gangguan lingkungan, bencana alam, dan sebagainya.
Saat ini Kota Ternate dengan pertumbuhan penduduk 1,23 % per tahun mempunyai jumlah penduduk 165.540 jiwa dengan luas kota 18.022,24 M. Ruang aktivitas penduduk masih terpusat ke pusat kota dengan fungsi dominan berupa kawasan perdagangan (CBD) dan perkantoran (pemerintah, swasta). Kedua tipikal ruang aktivitas tersebut merupakan potensi tarikan perjalanan. Selain itu 60 % guna lahan permukiman juga tersebar di kawasan pusat kota dibanding kawasan pinggirannya (fringe areas). Hal ini berimplikasi pada besarnya tarikan dan bangkitan perjalanan dari pola arus lalu lintas yang menuju centroid pusat kota pada pagi maupun sore hari.
Berdasarkan besar batas fisik kekotaannya, Kota Ternate tergolong kepada “Over Bounded City”. Maksudnya batas fisik daerah terbangun berada di dalam batas administrasi kota. Dalam kondisi seperti ini, memang tidak menimbulkan goal conflict antara pemerintah kota dan pemerintah daerah karena wilayah administrasi kota sendiri meliputi wilayah yang luas dan meliputi daerah-daerah yang masih menunjukkan ciri perdesaan walaupun masih di dalam wilayah administrasi suatu kota.
Selain itu kondisi seperti ini dalam perencanaan tata ruang dan kemungkinan perluasan masih dalam wewenang dan control pemerintah kota itu sendiri. Demikian juga halnya Kota Ternate sangat memungkinkan perluasan dan pengembangan kotanya ke utara maupun ke timur kota. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian penting di sini adalah konversi lahan-lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian apalagi terjadi pada lahan-lahan pertanian yang produktif dan beririgasi teknis (Diatur Melalui Kepala Presiden)
Sub Direktorat Kawasan Rawan Bencana
Tugas
- Melaksanakan penyiapan data dan informasi mengenai kawasan rawan bencana,
- Melaksanakan penyiapan perumusan perencanaan dan kebijakan kawasan rawan bencana, serta koodinasi dan evaluasi atas pelaksanaanya.
Fungsi
- Pengumpulan, penyusunan dan penyiapan data dan informasi mengenai kawasan rawan bencana;
- Penyusunan perencanaan dalam penanganan kawasan rawan bencana;
- Koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan rencana penanganan kawasan rawan bencana;
- Pengkajian kebijakan penanganan kawasan rawan bencana;
- Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan kebijakan dan program penaganan kawasan rawan bencana
Rawan Bencana
Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pasa satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemapuan untuk mengagapi dampak buruk bahaya tertentu.
Resiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun wantu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Arti Mitigasi Bencana adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Bahaya (Hazards)
Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan United Nations-International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu :
1. Bahaya beraspek geologi, antara lain gempabumi, tsunami, gunungapi. longsor.
2. Bahaya beraspek hidrometerologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang.
3. Bahaya beraspek biolog, antara lain : wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman.
4. Bahaya beraspek teknologi, antara lain : kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, kegagalan teknologi.
5. Bahaya beraspek lingkungan, antara lain : kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, pencemaran limbah.
Kerentanan (Vulnerability)
kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sabagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila "bahaya" terjadi pada "kondisi yang rentan". seperti yang dikemukakan Awotona (1997:1-2): " .... Natural disaster are the interaction between natural hazard and vulnerable condition". Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik (infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi.
Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik (infrastruktur) yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator sebagai berikut : persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; jaringan PDAM; dan jalan KA. Wilayah permukiman di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentasi kawasan terbangun, kepadatan bangunan dan bangunan konstruksi darurat di perkotaan sangat tinggi sedangkan persentase, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM , jalan KA sangat rendah.
Resiko Bencana (Disaster Risk)
Resiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazard) yang ada. Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat.
Secara umum, resiko dapat dirumuskan sebagai berikut :
Resiko = Bahaya X Kerentanan
Kemampuan
Atau dapat ditulis sebagai :
Resiko = Bahaya X Kerentanan X Ketidakmampuan
Diskripsi karakteristik dari sejumlah bencana yang sering terjadi di Indonesia dan upaya-upaya mitigasi dan pengurangan dampaknya, ditampilkan dalam halaman berikut. Bencana tersebut adalah sebagai berikut :
- Banjir
- Tsunami
- Gempa Bumi
- Tanah Longsor
- Wabah Penyakit
Banjir
Pengertian banjir adalah 1). Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. 2). Gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara akibat badai. (Selengkapnya)
Tsunami
Pengertian tsunami berasal dari bahasa Jepang. "tsu" yang berarti pelabuhan, "nami" berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Pelabuhan atau gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. (Selengkapnya)
Gempa Bumi
Pengertian gempabumi adalah merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian bumi secara tiba-tiba. (Selengkapnya)
Tanah Longsor
Pengertian tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. (Selengkapnya)
Wabah Penyakit
Pengertian wabah penyakit adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitannya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. (Selengkapnya) .